Dari tahun ke tahun tingkat kesibukan manusia semakin padat, hal ini secara langsung berdampak terhadap kondisi vitalitas mereka, terutama yang lebih disebabkan oleh tingkat ketegangan (stress) saraf pikirannya. Oleh karena itu, berbagai kalangan, mulai dari pelajar, pekerja kantoran, para pengusaha, hingga ibu-ibu rumah tangga mencoba mencari solusi agar bisa menemukan keharmonisan sehingga terbebas (berkurang) dari pengaruh stress yang menyelimuti pikirannya.
Selain dengan melakukan liburan ke suatu tempat, cara yang biasanya mereka lakukan adalah merileksasikan pikiran dengan mendengarkan musik atau menyegarkan otak dengan menghirup wewangian.
Nah, cara terakhir yang disebutkan itu ternyata dapat menjadi salah lahan usaha yang cukup menjanjikan. Pembuatan wewangian sebagai sarana aroma terapi dapat diterapkan pada media parfum, dupa, dan juga lilin yang merupakan media yang paling banyak dipilih orang karena berbagai keunggulan yang dimiliki, seperti tidak menimbulkan asap yang pekat, terlihat lebih elegan, berfungsi juga sebagai penerangan, dan dapat mengusir lalat.
Oleh sebab itu, pembuatan aroma terapi dengan media lilin menjadi salah satu peluang bisnis yang cukup memiliki prospek untuk dilakoni, meskipun bisnis ini telah muncul di Indonesia pada satu dasa warsa yang lalu. Apa saja yang harus dipersiapkan dalam membuka usaha pembuatan lilin aroma teraphy?
1. Pengumpulan Alat dan Bahan
Secara sederhana bahan-bahan yang diperlukan untuk mencetak lilin aroma terapi antara lain: parafin sebagai bahan utama lilin yang harganya berkisar Rp 15.000/kg; minyak essensial atau bibit parfum atau cairan aroma terapi (harga bervariasi tergantung jenis bahan yang digunakan); benang kasur yang akan dijadikan sumbu lilin; dan pewarna lilin (dye) yang harganya sekitar Rp 30.000 per 10gr yang dapat dipakai untuk mewarnai bahan lilin hingga 7 kg.
Sedangkan alat-alat yang diperlukan antara lain cetakan lilin berbahan stenlisteel (bisa juga pakai gelas kaca tebal yang bentuknya unik); alat untuk melelehkan parafin (bisa dengan oven atau pakai botol kaca tebal yang diisi parafin kemudian dipanaskan dengan panci yang berisi air); tusuk sate atau lidi untuk menggantungkan benang sumbu saat proses pencetakan.
2. Memproduksi Lilin
Secara manual proses pembuatan lilin aroma terapi dapat diuraikan sebagai berikut:Pertama lelehkan bahan parafin hingga menjadi cairan kental. Kemudian setelah mencair, campur dengan pewarna yang anda sukai hingga warna adonan lilin menjadi terlihat menarik. Setelah tercampur, tuangkan cairan pewangi yang anda pilih, jumlah perbandingannya tergantung keinginan anda.
Langkah berikutnya adalah menuangkan adonan bahan lilin ke dalam cetakan. Jika anda memakai gelas kaca tebal, gantunglah benang sumbu dengan menggunakan lidi di atas mulut gelas, usahakan agar ujung benang menyentuh dasar gelas, dan jika telah siap maka anda bisa menuangkan bahan lilin cair tersebut ke dalam gelas. Gunakan pelindung tangan agar lebih aman.
Biarkan mengeras, dan selanjutnya adalah memisahkan lilin dari cetakan. Untuk mempercantik lilin, silahkan haluskan permukaan lilin dengan menggunakan kuas. Dan akhirnya, lilin aroma terapi telah siap dipasarkan. Jika anda mempunyai cukup modal dan ingin memproduksi dalam jumlah besar, ada baiknya anda membeli mesin pencetak lilin yang harganya berkisar antara 10 hingga 25 juta rupiah, tergantung kapasitas produksinya.
3. Pemasaran
Setelah proses produksi selesai, langkah selanjutnya adalah pemasaran. Agar produk anda mudah diterima, maka kompetisi harga, kualitas dan tampilan produk merupakan kunci utamanya. Kemaslah produk lilin anda dengan baik, entah itu memakai plastik, kertas, atau dalam kotak karton. Siapkan juga nama produk yang menarik dan gampang diingat.
Pemasaran bisa anda lakukan dengan door to door, menjual ke toko-toko, menjadi mitra dengan usaha spa dan refleksi, atau membangun gerai sendiri yang eksklusive. Harga sebatang lilin aroma terapi mulai dari Rp 5.000 hingga di atas seratus ribu rupiah.
Usaha memproduksi dan menjual lilin beraroma terapi memang dapat dikatakan cenderung stabil, hal ini mungkin disebabkan oleh konsumennya yang sebagian besar adalah golongan menengah ke atas, sehingga tidak begitu terpengaruh dengan instabilitas ekonomi dunia.
Komentar
Posting Komentar