Jumlah pemakaian bahan bakar seperti bensin dan minyak tanah dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Hal ini menyebabkan kelangkaan bahan bakar karena jumlah produksi minyak bumi sudah semakin berkurang. Oleh karena itu, berbagai negara saling berupaya untuk menciptakan energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar yang berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Indonesia juga merupakan salah satu negara yang berusaha untuk menggali potensi potensi energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar kendaraan, industri, dan untuk kebutuhan rumah tangga. Ada beragam bahan yang berasal dari alam yang dapat digunakan untuk membuat energi alternatif, satu diantaranya adalah tumbuhan tebu.
Di Provinsi Jawa Timur ada sebuah perusahaan yang menciptakan inovasi bahan bakar dari tebu yang disebut dengan energi bioetanol. Dalam proses pembuatan bahan bakar alternatif dari tumbuhan tebu tersebut, dilakukan dengan cara yang cukup mudah yaitu fermentasi.
Pabrik yang didirikan untuk pengolahan dan produksi bahan bakar alternatif tersebut merupakan kerjasama antara sebuah lembaga dari Jepang dan Kementerian Perindustrian Indonesia. Pabrik yang telah berjalan lebih dari satu tahun ini berada di Mojokerto, tepatnya di Desa Gedeg.
Proses pembuatannya menggunakan alat-alat yang cukup canggih. Pertama, ampas batang tebu yang berasal dari pengolahan pabrik gula dihancurkan dan diperas sehingga menghasilkan air tebu. Setelah itu air tebu dimasukkan ke dalam tangki propogasi untuk dicampur dengan air dan bahan-bahan lainnya.
Tahap berikutnya adalah pencampuran dengan ragi atau yeast. Tahap ini disebut dengan fermentasi yang berlangsung selama 48 jam. Proses peragian ini akan menghasilkan etanol atau alkohol yang berkadar sekitar 10%. Cairan etanol yang dihasilkan dari fermentasi tersebut akan dipindahkan ke tangki evaporasi atau tangki penguapan untuk memisahkan aneka bahan campuran yang masih menyatu dengan cairan etanol.
Nah, proses berikutnya masuk ke tahap destilasi yaitu menghilangkan kandungan-kandungan lain selain etanol. Proses yang terakhir adalah dehidrasi yakni untuk menghilangkan kandungan air yang masih tersimpan dalam cairan hasil sulingan tersebut.
Pabrik yang dibangun dengan konsep ramah lingkungan ini dalam sehari bisa menghasilkan sekitar 400 ton tetes tebu yang akan diolah untuk memproduksi sekitar 100 kilo liter bioetanol. Dalam dunia otomotif, bioetanol dapat digunakan sebagai bahan bakar yang menghasilkan pembakaran lebih efisien, lebih hemat energi, serta ramah terhadap lingkungan.
Namun sayangnya, implementasi energi alternatif ini masih belum secara komersial diterapkan di Indonesia. Sementara hasil produksi dari pabrik ini masih di konsumsi untuk negara lain seperti Filipina yang telah berupaya menerapkan pemakaian energi alternatif.
Komentar
Posting Komentar