Usaha Budidaya Burung Puyuh, Begini Prosesnya


burung puyuh

Burung puyuh dikenal sebagai bangsa burung yang tidak dapat terbang tinggi. Unggas yang merupakan keluarga dari Phasianidae tersebut memiliki ciri tubuh relatif kecil, sayap yang pendek, dan kaki yang kecil namun sangat lincah dalam berlari.

Peternakan burung puyuh pertama kali dicoba di Amerika Serikat sekitar tahun 1870, sementara di Indonesia mulai memasyarakat sekitar era tahun 80an. Dalam budidaya burung puyuh tersebut lebih mengedepankan hasil berupa telur untuk konsumsi, selain juga berupa daging, bulu untuk kerajinan, dan kotoran untuk pupuk alami.

Cara Budidaya Burung Puyuh
Hal awal yang perlu diperhatikan adalah pemilihan lokasi untuk pembudidayaan, yakni lokasi yang jauh dari keramaian, bukan tempat yang sering tergenang air, dan memiliki sirkulasi udara yang baik. Selanjutnya adalah persiapan kandang dan peralatannya, kegiatan pemeliharaan, dan proses pemanenan.

1. Penyediaan Kandang Ternak
Kandang dibuat dalam beberapa jenis sesuai dengan tahapan pertumbuhan ternak, yakni kandang untuk induk petelur, kandang untuk pembibitan, kandang starter (anak puyuh kurang dari 3 minggu), kandang untuk puyur grower (3-6 minggu), dan kandang layer (puyuh berumur di atas 6 minggu). Ukuran kandang biasanya 2 meter x 1 meter dengan tinggi 40-50cm.

Sementara tinggi kaki dengan alas kandang sekitar 30cm. Kandang tersebut dapat menampung 100-200 anak burung puyuh. Bahan kandang yang digunakan umumnya dari jaring kawat ram dengan rangka besi atau kayu.

Peralatan dalam kandang yang wajib disediakan antara lain tempat makan, tempat minum, lampu penghangat 30 – 60 watt, dan tempat bertelur untuk induk puyuh. Kandang sebaiknya diletakkan pada lokasi yang memiliki sirkulasi udara yang baik, kelembaban berkisar 30-60%, dan sinar matahari dapat memasuki kadang.

2. Pemilihan Puyuh dan Pemeliharaan
Dalam memilih ternak puyuh tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Bila peternakan lebih mengutamakan produksi telor konsumsi, maka bibit yang dipilih adalah jenis burung puyuh ketam betina yang sehat dan sedikit gemuk. Sementara bila produksi daging yang diutamakan, maka pilihlah burung puyuh jantan dan puyuh petelur afkiran.

Sedangkan jika usaha yang dilakoni mengutamakan untuk pembibitan (telur tetas), maka jenis puyuh jantan yang lincah dan siap membuahi dengan puyuh betina yang sehat adalah yang baik. Tahap berikutnya adalah kegiatan perawatan yang meliputi pemberian pakan, sanitasi kandang, dan pengontrolan penyakit.

Ada beragam pakan yang bisa diberikan, baik dari olahan pabrik maupun pakan alami ataupun mencampur keduanya, misalnya jagung giling, bekatul, dan pelet pabrik dengan perbandingan 1:1:3 untuk memenuhi nutrisi protein, lemak, serat, kalsium, fosfor, dan sebagainya. Untuk sanitasi kandang perlu dibersihkan minimal 3 hari sekali dan penyemprotan disenfaktan seminggu sekali.

Jenis-jenis penyakit yang biasanya menyerang ternak puyuh diantaranya: cacingan, tetelo (vaksinasi Tetelo NCD), aspergilosis, radang usus, berak darah, berak putih, dan cacar unggas. Pemberian pakan yang sehat, kebersihan kandang, dan vitamin menjadi kunci suksesnya.

3. Panen Burung Puyuh
Hasil utama dari usaha peternakan unggas ini adalah telur yang biasanya dijual untuk konsumsi. Setiap induk burung puyuh dapat menghasilkan telur sebanyak 200-300 butir telur per tahun. Jadi, jika memelihara 100 ekor indukan burung puyuh betina, maka hasilnya 20.000 – 30.000 telur setiap tahunnya.

Hasil olahan telur puyuh umumnya berupa telur rebus dengan harga jual di tingkat konsumen sekitar Rp. 2.000 untuk 5 butir. Sementara hasil sampingan yang juga dimanfaatkan adalah daging, bulu untuk bahan kerajinan, dan kotorannya sebagai pupuk tanaman.


Tinggalkan komentar