Bisnis waralaba telah mengalami perkembangan dalam berbagai jenis. Namun di Indonesia, waralaba masih identik dengan produk makanan dan minuman. Bagi calon pengusaha muda, bisnis waralaba merupakan cara mudah untuk belajar bisnis. Dengan menjadi (ikut) waralaba atau franchisee, maka ia akan mendapat bimbingan dari pewaralaba (franchisor) tentang kiat dan usaha membangun kerajaan bisnisnya.
Namun dengan modal yang telah ia berikan ke pewaralaba dan berbagai bimbingan yang telah dilakukan oleh pewaralaba secara intensif, tidak menjamin bisnis yang ia (franchisee) lakukan akan menemui keberhasilan. Berbagai faktor yang menyebabkan seorang franchisee menemui kegagalan dalam bisnis waralaba, antara lain:
1. Penyerahan modal yang cukup tinggi
Agar anda bisa ikut usaha dalam waralaba pada produk tertentu, anda harus menyerahkan modal awal agar anda memiliki hak menggunakan nama produk pewaralaba dan mendapatkan bantuan alat dan bimbingannya. Terkadang modal yang harus diserahkan dirasakan cukup tinggi, terutama waralaba dari luar negeri.
Misalnya McDonald’s mensyaratkan para franchisee harus memberikan deposit modal sekitar 405 juta rupiah untuk memegang hak (izin) memproduksi produk McDonald’s delama 20 tahun. Maka untuk menjalankan produksi restaurant cepat saji McDonald’s memerlukan dana sekitar 1 milyar lebih, baik untuk penyedian lokasi, gedung, bahan baku dan karyawan.
Namun waralaba lokal biayanya lebih murah. Selain itu, ada beberapa waralaba yang dalam perjanjian kontraknya meminta sekian persen dari keuntungan / omzet yang telah diperoleh franchisee tiap tahunnya.
2. Biaya bahan baku yang lebih mahal
Biasanya, para pewaralaba menyediakan suplaier bahan baku bagi para franchisee untuk memproduksi produknya. Mereka beralasan bahan baku dari suplaier yang telah diajak bekerjasama oleh franchisor telah memenuhi standar mutu. Sehingga harga bahan bakunya pun agak lebih mahal dari harga pasar. Padahal dari kerjasama dengan suplaier tersebut, pewaralaba juga mendapatkan komisi. Dengan demikian margin keuntungan yang diperoleh oleh franchisee menjadi lebih kecil.
3. Modal usaha yang tidak mencukupi
Beberapa pewaralaba menyediakan opsi menarik untuk para calon franchisee untuk bergabung dalam bisnisnya, yaitu memberikan opsi cicilan dana dan suplai bahan bagi franchisee yang kekurangan modal.
Namun, umumnya para franchisor tidak mau terlibat dalam penyediaan dana bagi para franchisee yang kekurangan modal, sehingga franchisee harus berusaha sendiri mencari tambahan modal. Pada masa paceklik tersebutlah, para franchisee harus gulung tikar di tengah jalan.
4. Pengaturan lokasi franchise yang tidak baik
Para pewaralaba yang mempertimbangkan strategi lokasi, biasanya hanya mengizinkan suatu perwakilan waralaba pada jarak/radius tertentu. Namun, tak sedikit pewaralaba yang mengizinkan berdirinya puluhan waralaba dalam satu lokasi (kota) dengan harapan ia mendapatkan keuntungan lebih dari modal yang disetor para franchisee.
Hal ini sangat tidak bagus, karena para franchisee harus saling bersaing dengan merek dan produk yang sama dalam satu lokasi (radius tertentu). Misalnya dalam satu kota terdapat hingga 10 gerai restaurant cepat saji dengan produk yang sama.
5. Kreatifitas yang terbatas
Dalam bisnis waralaba, biasanya franchisor mengharuskan para franchisee menggunakan assesoris yang seragam pada tempat usahanya, baik menyangkut warna tempat, papan reklame, pernak-pernik, dan asesoris lainnya. Sehingga daya kreatifitas yang ingin dikembangkan oleh franchise menjadi terbatas untuk menarik para konsumen. Hal tersebut menjadi nilai negatif bagi wirausahawan yang mempunyai kreatifitas tinggi bagi tempat usahanya.
6. Penentuan lokasi yang kurang tepat
Salah satu kunci keberhasilan dalam membangun suatu bisnis adalah memilih lokasi yang tepat. Hal tersebut juga berlaku dalam berbisnis waralaba. Dalam menentukan lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat usaha waralaba, ada baiknya melakukan riset kecil-kecilan, baik yang menyangkut keramaian lokasi, minat warga sekitar akan produk yang akan anda jual, jumlah saingan usaha pada produk yang sejenis, dan juga kondisi ekonomi yang tengah dialami oleh masyarakat setempat. Jika simpulan anda tentang lokasi tersebut ternyata berprospek menjanjikan, maka segera lakukan action!
7. Kebangkrutan pewaralaba
Apa yang ada di dalam benak anda jika induk bisnis anda ternyata mengalami kebangkrutan disaat usaha anda sedang mangalami kemajuan. Maka anda harus berjuang sendiri tanpa lagi mendapat bantuan dan bimbingan dari franchisor. Hal tersebut akan memberikan tekanan batin dan ketakuatan dalam diri.
Hal yang sama juga terjadi ketika rekan bisnis anda (waralaba sama) yang berada di lokasi lain ternyata gulung tikar, sehingga memunculkan keresahan, “Mampukah saya bertahan?”.
Itulah beberapa hambatan dan kendala dalam memulai bisnis waralaba. Memang banyak kekurangan yang harus dihadapi dalam konsep bisnis ini. Namun tak sedikit pengusaha muda yang sukses dalam bisnis waralaba dengan beraneka jenis yang mereka pilih.
Komentar
Posting Komentar