Sebagai seorang tenaga pendidik di sekolah dasar, tentu anda sudah merasa tidak asing lagi dengan istilah kata “penelitian” yang dalam bahasa Inggris disebut dengan research. Dalam bangku kuliah, penelitian merupakan kegiatan akhir (puncak) dari masa studi seorang mahasiswa. Melalui penelitian yang dilakukan, para mahasiswa dituntut untuk mengembangkan wawasannya dengan cara melakukan pencarian dan eksplorasi untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang menjadi bidang kajiannya.
Untuk melaksanakan kegiatan tersebut ada beberapa langkah dan aturan yang harus dipatuhi serta dikemas dalam suatu perangkat yang disebut dengan metode penelitian.
Pengertian PTK
Membicarakan PTK tentu tidak lepas dari istilah penelitian karena PTK merupakan salah satu jenis penelitian. Penelitian Tindakan Kelas merupakan terjemahan dari istilah Inggris yakni Classroom Action Research. penelitian tindakan kelas adalah sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di dalam kelas dengan melibatkan siswa. Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh Carr dan Kemmis (McNiff. 1991, p.2), dapat diuraikan beberapa poin penting yang menyangkut tentang Penelitian Tindakan Kelas, antara lain:
- Penelitian Tindakan Kelas adalah satu bentuk inquiry atau penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri.
- Penelitian Tindakan Kelas dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti seperti guru siswa atau kepala sekolah.
- Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dalam situasi sosial termasuk situasi pendidikan.
- Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki hal hal yang meliputi dasar pemikiran dan kepantasan dari praktik praktik, pemahaman terhadap praktik tersebut serta situasi atau lembaga tempat tersebut dilaksanakan.
Dari keempat poin penting tersebut maka dapat kita simpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian dalam bidang sosial yang menggunakan refleksi diri sebagai metode utamanya yang dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya serta bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran dalam berbagai aspek.
Mills (2000) memberikan definisi yang serupa terkait penelitian tindakan kelas sebagai sebuah sistematik inquery yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah atau konselor sekolah untuk mengumpulkan dan mengkaji informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya. informasi tersebut akan digunakan untuk meningkatkan persepsi serta mengembangkan refleksi praktik diharapkan akan berdampak positif bagi pendidikan para siswanya.
Jadi, secara garis besarnya, definisi penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelasnya.
Perbedaan PTK dan Penelitian Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentu berbeda dengan Penelitian Kelas (Classroom Research). Namun secara pasti PTK dapat dikatakan sebagai bagian dari jenis penelitian kelas, hal ini didasarkan karena penelitian tersebut dilakukan di dalam kelas. Berbicara tentang penelitian kelas tentu bukan hanya menyangkut tentang PTK saja, tetapi juga ada beberapa jenis penelitian yang dapat dilakukan di dalam kelas.
Salah satu contoh penelitian kelas yang terkenal adalah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan cara Flanders, yang mengobservasi proporsi berbicara antara guru dengan siswa, dimana hasilnya guru lebih mendominasi pembicaraan di kelas. Dalam penelitian tersebut yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah kelas dan yang melakukan penelitian adalah orang luar untuk mengamati aktivitas guru mengajar.
Contoh lain dari penelitian kelas adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keefektifan suatu metode mengajar. Pada penelitian ini, peneliti akan mengumpulkan data melalui wawancara dengan guru dan siswa, melakukan observasi kelas, dan bahkan memberi angket. Guru diminta melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode mengajar yang hendak diteliti.
Dalam penelitian kelas ini, guru berperan (berfungsi) sebagai subjek penelitian, sementara penelitinya berasal dari pihak luar. Selama kegiatan penelitian kelas ini, perilaku guru harus dipertahankan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh peneliti. Hasil penelitian kelas ini biasanya tidak memiliki dampak langsung terhadap sekolah, demikian juga dampak yang ditimbulkan kepada guru pelaksana tidak dapat diketahui.
Perbandingan atau perbedaan PTK dan Penelitian Kelas Non-PTK dapat dilihat pada tabel berikut:
NO | ASPEK | PENELITIAN TINDAKAN KELAS | PENELITIAN KELAS NON-PTK |
1 | Peneliti | Guru | Orang Luar |
2 | Rencana Penelitian | Oleh Guru (mungkin dibantu orang luar) | Orang Peneliti |
3 | Munculnya Masalah | Dirasakan oleh guru | Dirasakan oleh orang lain |
4 | Ciri Utama | Ada tindakan untuk perbaikan yang berulang | Belum tentu ada tindakan perbaikan |
5 | Peran Guru | Sebagai guru dan peneliti | Guru sebagai objek peneliti |
6 | Tempat Penelitian | Kelas | Kelas |
7 | Proses Pengumpulan Data | Oleh guru sendiri | Oleh peneliti |
8 | Hasil Penelitian | Langsung dimanfaatkan oleh guru dan dirasakan oleh kelas | Menjadi milik peneliti, belum tentu dimanfaatkan oleh guru |
Referensi: Penelitian Tindakan Kelas (IGAK Wardhani & Kuswaya Wihardit)
Perbedaan Karakteristik PTK dengan Penelitian Formal
Setiap jenis penelitian mempunyai karakteristik tersendiri. Demikian juga halnya dengan Penelitian Tindakan Kelas. Berbagai pendapat dari ahli pendidikan mengungkapkan tentang beberapa karakteristik PTK. Dikutip dari Bahan Pelatihan Dosen LPTK dan Guru Sekolah Menengah karya Raka Joni, Kardia Warman dan Hadisubroto tahun 1998, perbedaan karakteristik PTK dengan penelitian formal dapat dilihat pada tabel:
NO | DIMENSI | PTK | PENELITIAN FORMAL |
1 | Motivasi | Tindakan | Kebenaran |
2 | Sumber masalah | Diagnosis status | Induktif-Deduktif |
3 | Tujuan | Memperbaiki praktik, sekarang dan di sini | Verifikasi & menemukan pengetahuan yang dapat digeneralisasi |
4 | Peneliti yang terlibat | Pelaku dari dalam (guru) | Orang luar yang tertarik |
5 | Sampel | Kasus khusus | Sampel yang representatif |
6 | Metodologi | Longgar tetapi berusaha untuk objektif, jujur, dan tidak memihak | Baku dengan objektivitas dan ketidak memihakan yang terintegrasi (build-in objectivity & impartiality) |
7 | Penafsiran Hasil Penelitian | Untuk memahami praktik melalui refleksi oleh praktisi yang membangun | Mendeskripsikan, mengabstraksi, serta menyimpulkan dan membentuk teori oleh ilmuwan |
8 | Hasil Akhir | Siswa belajar lebih baik (proses dan produk) | Pengetahuan, prosedur, atau materi yang teruji. |
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan secara singkat perbedaan karakteristik kedua jenis penelitian tersebut.
Dalam PTK, motivasi seseorang melakukan penelitian adalah tindakan (action) untuk mendapatkan hasil peningkatan yang diharapkan, sedangkan penelitian formal didorong oleh keinginan untuk mendapatkan pengakuan kebenaran. Sumber masalah yang diteliti dalam PTK berdasarkan hasil diagnosis terhadap keadaan atau situasi pada suatu kelas, sementara penelitian formal didasarkan pada fakta-fakta dan data yang membutuhkan simpulan yang benar dan teruji.
Dalam PTK, hasil akhir yang diharapkan adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa atau proses pembelajaran, sedangkan penelitian formal hasil akhirnya berupa pengetahuan atau materi yang teruji kebenarannya. Demikianlah sekilas perbedaan karakteristik antara Penelitian Tindakan Kelas dengan Penelitian Formal lainnya. Salam “Mencerdaskan Anak Bangsa”
Mengapa PTK Perlu Dilakukan oleh Guru
Sebagai seorang tenaga pendidik (guru), tentu memiliki peran dan tugas yang berat. Apalagi citra profesionalisme yang kini disematkan pada profesi pengajar tersebut semakin menjadi beban tersendiri. Begitu beratnya tugas menjadi tenaga pendidik, lalu mengapa guru dituntut dan perlu untuk mengadakan penelitian tindakan kelas? Mengapa kegiatan penelitian kelas tersebut tidak diserahkan saja ke pakar-pakar atau peneliti di bidang pendidikan? Pertanyaan dan anggapan tersebut mungkin masih melekat di benak sebagian guru di tanah air, dan hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar.
Tak sedikit guru yang berharap agar kegiatan PTK dilakukan sepenuhnya oleh para peneliti pendidikan, dan kemudian hasil penelitian tersebut dijadikan jurnal untuk bahan pembelajaran bagi guru. Namun, menurut pandangan yang diungkapkan oleh Raka Joni, Kardiawarman, & Hadisubroto (1998), tidak semua hasil-hasil penelitian pendidikan tersebut dapat menyentuh langsung terhadap permasalahan guru dan dapat dimanfaatkan guru dalam waktu singkat.
Seringkali penelitian pendidikan yang dilakukan oleh para pakar pendidikan maupun dari LPTK tidak menukik langsung terhadap masalah yang dihayati dan dihadapi guru, meskipun penelitian tersebut diadakan di kelas. Hal ini berdampak terhadap hasil penelitian yang kurang menyentuh karena guru yang berperan sebagai objek kajian tidak terlibat dalam pembentukan pengetahuan.
Selain yang menyangkut tentang hasil penelitian, kendala lain yang juga sering dihadapi adalah proses penyebarluasan hasil penelitian ke kalangan praktisi (khususnya guru-guru) di lapangan yang membutuhkan waktu yang lama. Hal tersebut umumnya disebabkan karena publikasi melalui jurnal ilmiah memerlukan waktu sekitar dua sampai tiga tahunan. Dan ketika hasil penelitian tersebut sampai ke kalangan praktisi, masih membutuhkan analisa dan pemahaman bagi guru dalam mempraktikan hasil penelitian tersebut.
Lalu, “Mengapa guru yang harus melakukan PTK?” Menurut pendapat Hopkins (1993), hal ini berkaitan dengan profesionalisme, praktik di kelas, kontrol sosial terhadap guru, serta kemanfaatan penelitian pendidikan. Pada sisi profesionalisme, kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru merupakan sebuah bentuk unjuk kerja dari keprofesionalismenya, karena studi sistematik yang dilakukan terhadao dirinya sendiri dianggap suatu tanda dari pekerjaan guru yang profesional.
Faktor lain yang turut memperkuat alasan perlunya guru mengadakan penelitian tindakan kelas adalah keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan pengembangan di sekolahnya terutama berkaitan dengan peningkatan pendidikan, dan mungkin di tingkat yang lebih luas (gugus, kecamatan, dan seterusnya), sehingga ia perlu mengadakan review terhadap kinerjanya sendiri, untuk selanjutnya bisa digunakan sebagai bahan reviu kinerja sekolah. Dengan pengalaman melaksanakan PTK, guru akan merasa lebih yakin dan percaya diri ketika berpartisipasi dalam berbagai kegiatan inovatif di dunia pendidikan.
Jadi simpulannya, guru dianggap paling tepat melaksanakan PTK karena: (1) guru memiliki otonomi untuk menilai prestasi kerjanya (review diri); (2) temuan penelitian tradisional sering sulit diterapkan dan dipraktikkan untuk membantu memperbaiki pembelajaran; (3) interaksi guru dengan siswa berlangsung secara unik; (4) guru merupakan sosok yang paling akrab dan dekat dengan kelasnya; dan (5) keterlibatan guru dalam berbagai aktivitas inovatif yang bersifat pengembangan mempersyaratkan guru mampu melakukan penelitian di kelasnya.