Jepang telah puluhan tahun mengawali bisnis kereta api berkecepatan tinggi dengan meluncurkan kereta penumpang yang diberi nana Shinkansen pada tahun 1964. Negara matahari terbit ini tak berhenti melakukan inovasi, seperti yang terlihat dalam uji coba kereta maglev yang berkecepatan lebih dari 600 km per jam. Kereta maglev yang diuji coba oleh Jepang menggunakan magnet yang membuatnya melambung setinggi 10 cm di atas rel, sehingga kereta ini bisa melakukan gerakan berkecepatan tinggi tanpa adanya gangguan gaya gesek dengan rel.
Sementara itu, negara China alias Tiongkok baru memasuki bisnis ini sejak tahun 2007. Meskipun demikian negara tirai bambu ini ternyata sudah memiliki separuh lebih dari 23.000 km jalur kereta api cepat di dunia.
Peluncuran Bank Investasi Infrastruktur Asia oleh Beijing yang dilakukan belum lama ini, tentu membawa keuntungan tersendiri. Dan Tiongkok sepertinya dipaksa mengekspor teknologi kereta apinya. Salah satu proyek yang dibiayai Tiongkok dan tampak akan segera bergulir adalah jalur kereta api sepanjang 1.200 kilometer yang menghubungkan Thailand, Laos, dan Kunming.
Hal ini tentu akan berpeluang membuka akses kota-kota di pedalaman Tiongkok dan teluk Thailand. Meski Tiongkok punya keunggulan dari segi pendanaan, tapi jalur kereta lainnya di wilayah timur laut Thailand dimenangkan oleh perusahaan Jepang, dan akan menjadi penghubung tiga negara, yakni Myanmar, Kamboja, dan Vietnam.
Salah satu pihak yang akan mendapatkan manfaat dari pembuatan jalur kereta api di wilayah timur laut Thailand adalah operator angkutan di Tiongkok yang akan memperoleh rute baru ke laut.